Kotak TV dengan layar yang datar (
Sony Trinitron)
Televisi (TV) adalah sebuah
media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang
monokrom (hitam-putih) maupun
berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata
tele (τῆλε, "jauh") dari
bahasa Yunani dan
visio ("penglihatan") dari
bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "
kotak televisi", "
acara televisi", ataupun "
transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan
roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan
TV (dibaca:
tivi,
teve ataupun
tipi.)
Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun
1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan
hiburan dan
berita serta menjadi media periklanan. Sejak
1970-an, kemunculan
kaset video,
cakram laser,
DVD dan kini
cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Sekelompok keluarga berkebangsaan Amerika sedang menonton TV, 1958
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti
televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi
penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran
radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang
radio VHF dan UHF dalam
jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890
megahertz[1]. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara
stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun
2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang
analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran
digital.
Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam
sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai
monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (
PAL,
NTSC,
SECAM), digital (
DVB,
ATSC,
ISDB dsb.) ataupun
definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (
ham TV atau
ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator
radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial.
[2]
Pada masa awal perkembangannya, televisi menggunakan gabungan teknologi
optik, mekanik, dan
elektronik untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Bagaimanapun, pada akhir
1920-an, sistem pertelevisian yang hanya menggunakan teknologi optik dan elektronik saja telah dikembangkan, di mana semua sistem televisi modern menerapkan teknologi ini. Walaupun sistem mekanik akhirnya tidak lagi digunakan, pengetahuan yang didapat dari pengembangan sistem elektromekanis sangatlah penting dalam pengembangan sistem televisi elektronik penuh.
Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin
faksimile mekanik sederhana, (seperti
pantelegraf) yang dikembangkan pada akhir abad ke-19. Konsep pengiriman gambar bergerak yang menggunakan daya elektrik pertama kali diuraikan pada 1878 sebagai "teleponoskop" (konsep gabungan telepon dan gambar bergerak), tidak lama setelah penemuan
telepon. Pada saat itu, para penulis
fiksi ilmiahtelah membayangkan bahwa suatu hari nanti
cahaya juga akan dapat dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya
suara.
Ide untuk menggunakan sistem pemindaian gambar untuk mengirim gambar pertama kali dipraktikkan pada 1881 menggunakan pantelegraf, yaitu menggunakan mekanisme pemindaian pendulum. Semenjak itu, berbagai teknik pemindaian gambar telah digunakan di hampir setiap teknologi pengiriman gambar, termasuk televisi. Inilah konsep yang bernama "
perasteran", yaitu proses mengubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik.
Pada tahun
1884,
Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan
cakram Nipkow, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. Setiap lubang cakram diposisikan dengan selisih
sudut yang sama agar dalam setiap putarannya cakram tersebut dapat meneruskan cahaya melalui setiap lubang hingga mengenai lapisan
selenium peka cahaya yang menghasilkan denyut elektrik. Seiring dengan peletakan posisi gambar yang difokuskan dipusat cakram, setiap lubang akan memindai setiap "iris" horizontal dari keseluruhan gambar. Alat buatan Nipkow ini tidak benar-benar dapat dipraktikkan hingga adanya kemajuan dalam teknologi
tabung penguat. Namun, alat tersebut hanya dapat memancarkan gambar "
halftone" — dikarenakan lubang dengan posisi tertentu dengan ukuran berbeda-beda — melalui kabel telegraf atau telepon.
Rancangan selanjutnya adalah menggunakan pemindai
mirror-drum berputar sebagai perekam gambar dan
tabung sinar katode (CRT) sebagai perangkat tampilan. Pada 1907, seorang ilmuwan Rusia,
Boris Rosing, menjadi penemu pertama yang menggunakan CRT dalam perangkat penerima dari sistem televisi eksperimental. Dia menggunakan pemindai "mirror-drum" untuk mengirim gambar geometrik sederhana ke CRT.
[4]Namun, untuk merekam gambar bergerak masih tidak dapat dilakukan, karena kepekaan detektor
selenium yang rendah.
TV 405 hitam putih Murphy dari Ukrania, 1951.
Penemu asal
Skotlandia,
John Logie Baird berhasil menunjukan cara pemancaran gambar-bayangan bergerak di
London pada tahun 1925,
[5] diikuti gambar bergerak
monokrompada tahun 1926. Cakram pemindai Baird dapat menghasilkan gambar beresolusi 30 baris (cukup untuk memperlihatkan wajah manusia) dari
lensa dengan spiral ganda.
[6]Demonstrasi oleh Baird ini telah disetujui secara umum oleh dunia sebagai demonstrasi televisi pertama, sekalipun televisi mekanik tidak lagi digunakan. Pada tahun 1927, Baird juga menemukan sistem
rekaman video pertama di dunia, yaitu "Phonovision", yaitu dengan memodulasi sinyal output kamera TV-nya ke dalam kisaran jangkauan audio, dia dapat merekam sinyal tersebut pada cakram audio 10 inci (25 cm) dengan menggunakan teknologi rekaman audio biasa. Hanya sedikit rekaman "
Phonovision" Baird yang masih ada dan rekaman-rekaman yang masih bertahan tersebut kemudian diterjemahkan dan diproses menjadi gambar yang dapat dilihat pada 1990-an menggunakan teknologi pemrosesan-sinyal digital.
[7]
Pada 1926, seorang insinyur
Hungaria,
Kálmán Tihanyi, merancang sistem televisi dengan perangkat pemindaian dan tampilan yang sepenuhnya elektronik, dan menggunakan prinsip "penyimpanan isi" di dalam tabung pemindai (atau "kamera").
[8][9][10][11]
Pada tahun yang sama pula,
Philo Farnsworth berhasil membuat sistem televisi pertama di dunia dengan pemindai elektronik pada kedua perangkat tampilan dan
pickup,
[13] di mana temuannya ini pertama kali ia demonstrasikan di depan media pers pada
1 September 1928.
[13][14]
1930-an: Penyebaran dan penerimaan masyarakat[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 1936, untuk pertama kalinya
olimpiade Berlin disiarkan ke stasiun televisi di Berlin dan Leipzig di mana masyarakat umum dapat menyaksikan setiap perlombaan langsung.
[15]
Pada masa awal televisi, kotak televisi elektromekanik mulai secara komersial dijual dari tahun 1928 hingga 1934 di Inggris,
[16] Amerika Serikat, dan Rusia.
[17] Televisi komersial pertama dijual oleh Baird di Britania Raya pada tahun 1928 dalam bentuk penerima radio ditambah dengan komponen-komponen seperti tabung
neon di belakang
cakram Nipkowyang menghasilkan gambar kemerahan berukuran sebesar perangko pos yang dapat diperbesarkan lagi menggunakan lensa pembesar. "Televisor" ciptaan Baird ini juga dapat digunakan tanpa radio. Televisor yang dijual pada tahun 1930–1933 merupakan pemasaran televisi masal yang pertama. Kira-kira 1.000 unit Televisor berhasil dijual.
[18]
Pada tahun 1938 di Amerika, televisi berukuran 3 inci (7,6 cm) dijual seharga 125
USD (setara dengan 1.863 USD pada tahun 2007.) Model termurah televisi berukuran 12 inci (30 cm) adalah seharga $445 (setara dengan $6.633 per 2007).
[27]
Tahun penerimaan TV menurut negara
1939 dan sebelum
|
1940 — 1949
|
1950 — 1959
|
1960 — 1969
|
1970 — 1979
|
1980 — 1989
|
1990 — 1999
|
2000 dan selepas
|
Tidak ada televisi
|
Tidak ada data
|
Kira-kira sebanyak 19.000 unit televisi elektronik telah diproduksi di Britania, 1.600 unit di Jerman, dan 8.000 unit di Amerika,
[28] sebelum akhirnya
War Production Board terpaksa menghentikan produksi TV pada April
1942 karena pecahnya
Perang Dunia II.
Penggunaan TV di Amerika Serikat meningkat kembali pasca Perang Dunia II setelah produksi TV diizinkan kembali pada Agustus
1945. Pasca perang, jumlah pemilik TV di Amerika meningkat sekitar 0,5% pada tahun 1946, lalu naik 55,7% pada tahun 1954, dan naik sampai 90% pada tahun 1962.
[29] Di Britania, jumlah pemilik TV meningkat dari 15.000 pada tahun 1947, lalu 1,4 juta pada tahun 1952, hingga 15,1 juta pada tahun 1968.
Secara umum cara kerja kotak TV berawal dari
antena yang menerima input frekuensi radio (RF) berupa frekuensi VHF dan UHF yang kerjanya diatur oleh
tuner dan pencari gelombang, selanjutnya sinyal diolah dan dipisahkan antara gambar dan suara, sementara gambar diolah oleh tabung katode dan diteruskan ke layar, sinyal suara diproses untuk dipecah menjadi stereo, untuk kemudian diumpan ke penguat akhir dan
speaker.
Perangkat output gambar televisi saat ini menggunakan berbagai teknologi penampil seperti
CRT,
LCD,
Plasma,
DLP, maupun
OLED. Sedangkan untuk terminal input tambahan bagi peranti keras lain, unit televisi juga dilengkapi dangan terminal input untuk
DVD player,
konsol permainan video dan alat pendengar personal. Terminal input lain yang juga kerap dijumpai termasuk
RCA,
mini-DIN,
HDMI,
SCART, dan
D-terminal. Ada juga yang dilengkapi input untuk perekaman suara dan gambar dari acara TV. Sebagian unit TV mewah dilengkapi dengan port
Ethernet untuk menerima data dari Internet, seperti nilai saham, cuaca, ataupun berita. Seluruh unit TV yang diproduksi sejak awal
1980-an juga dilengkapi dengan
remote control inframerah untuk mengontrol saluran siaran, suara, kecerahan, kontras, warna, dll.
Komponen-komponen utama dari sebuah televisi LCD ukuran 19 inci
Terdapat berbagai cara untuk menyiarkan konten TV yang dapat disiarkan untuk umum. Setelah diproduksi, langkah selanjutnya adalah memasarkan dan menjualnya kepada pasar manapun yang ingin membelinya. Hal ini secara tipikal terbagi dalam dua tingkatan:
- Tayangan Pertama atau Tayangan Perdana — sebuah badan produksi menghasilkan acara yang terdiri dari satu atau beberapa episode yang kemudian ditayangkan dalam sebuah stasiun atau jaringan televisi yang telah membayar untuk produksi itu sendiri ataupun telah menerima lisensi acara tersebut dari produser aslinya.
- Sindikasi penyiaran — istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan acara selanjutnya (setelah tayangan pertama). Hal ini tidak saja mengatur tayangan lanjutan di negara yang sama (dengan tayang perdananya), tetapi juga penggunaan internasional yang mungkin sudah tidak lagi diurus dan berhubungan oleh produser aslinya. Pada umumnya, organisasi lain (stasiun televisi ataupun individu) akan terikat dalam melakukan sindikasi, dalam kata lain, mereka hanya dapat menjual suatu acara ke suatu pasar secara legal dengan adanya kontrak dengan pemegang hak cipta, pada umumnya adalah produser.
Jumlah televisi untuk setiap 1.000 penduduk dunia
1.000+
|
100-200
|
500-1.000
|
50-100
|
300-500
|
0-50
|
200-300
|
Tidak ada data
|
Cara pembiayaan penyiaran televisi di seluruh dunia secara spesifik berbeda-beda. Namun pada dasarnya, konsep pembiayan yang digunakan adalah sama, yaitu dari pengiklanan, pelisensian (cukai), langganan, dan sebagainya. Secara global, sumber pendapatan stasiun TV berkisar antara 45—50% dari pengiklanan, 40—45% dari biaya langganan, dan 10% dari pembiayaan swasta.
[30][31]
Bagi saluran TV berlangganan, demi melindungi pendapatan, biasanya mereka melakukan
enkripsi sinyal untuk memastikan bahwa hanya orang-orang yang berlangganan saja yang dapat melakukan dekripsi dan melihat siaran mereka. Sedangkan untuk saluran TV tanpa
enkripsi disebut sebagai
siaran gratis (
en:
free to air / FTA).
Penyiaran yang luas membuat televisi menjadi media yang amat menarik bagi para
pengiklan. Kebanyakan jaringan dan stasiun televisi menjual beberapa bagian waktu penyiaran kepada pengiklan atau sponsor untuk membiayai jaringan siaran mereka.
[32] Harga pengiklanan setiap jaringan berbeda-beda untuk setiap blok waktunya, tergantung dari
rating (larisnya acara) yang dimiliki oleh suatu acara yang dihitung melalui survei setiap hari.
Di beberapa negara, layanan televisi dibiayai dengan menggunakan sebuah
lisensi televisi atau sejenis cukai yang membuat peran iklan dalam pembiayaan menjadi kecil atau bahkan tidak ada. Sebagai contoh, beberapa saluran TV yang sedikit menggunakan iklan atau bahkan tidak sama sekali adalah
ABC (
Australia),
NHK (
Jepang),
BBC(
Inggris), dsb.
BBC Inggris tidak menyiarkan iklan pada salurannya di Britania Raya, namun mereka dibiayai dari lisensi tahunan yang dibayar oleh semua pemirsa. Iuran lisensi ini ditetapkan oleh pemerintah, tetapi BBC tidak bertanggungjawab kepada pemerintah atau dikontrol oleh pemerintah.
Dua saluran utama jaringan BBC ditonton oleh lebih kurang 90% warga Inggris setiap minggu dan menguasai 27% jumlah tontonan keseluruhan,
[33] meskipun 85% rumah tangga menerima berbagai saluran, dengan 42% di antaranya menerima sekitar 200 saluran gratis via satelit dan 43% lagi menerima lebih dari 30 saluran melalui layanan
Freeview.
[34] Lisensi yang membiayai tujuh saluran TV BBC yang bebas iklan kini seharga £139.50 per tahun (setara
USD 215). Ketika suatu acara olahraga yang sama disiarkan di BBC dan saluran swasta, BBC selalu berhasil mencatat jumlah penonton terbanyak, menandakan bahwa para penonton lebih suka menonton TV tanpa gangguan dari iklan.
ABC Australia tidak menyiarkan iklan sama sekali (kecuali sebagai materi promo internal) karena telah dilarang dalam
Akta ABC 1983. ABC menerima dana pembiayaan dari Pemerintah Australia setiap tiga tahun sekali. Pada Anggaran Belanja Australia 2008/09, ABC menerima
$ 822,67 juta.
[35] Dana tersebut digunakan untuk seluruh operasional Jaringan Televisi ABC, termasuk radio,
online, dan Produksi Internasional. Jaringan ABC juga memperoleh keuntungan dari toko-toko ABC Shop di seluruh negara Australia. Meski dibiayai oleh Pemerintah Australia, kemerdekaan editorial ABC dijamin di bawah hukum.
Di
Perancis dan
Irlandia, saluran-saluran yang dibiayai pemerintah tetap dapat menyiarkan iklan, namun semua yang memiliki TV harus membayar pajak cukai tahunan (
la redevance audiovisuelle).
[36]
Di Jepang, Jaringan
NHK dibiayai oleh cukai lisensi (dikenal di Jepang sebagai
pajak resepsi (
受信料 Jushinryō)). Terdapat undan-undang yang menetapkan bahwa setiap televisi yang menerima siaran NHK diharuskan membayar pajak. Besarnya pajak telah ditetapkan, dengan diskon untuk pekerja kantor dan siswa sekolah, termasuk diskon umum untuk penduduk di Daerah Administrasi Okinawa.
Sebagian saluran TV dibiayai oleh pelanggan, oleh karena itu sinyal siaran akan dipancarkan dengan enkripsi untuk memastikan bahwa hanya pelanggan yang membayar yang dapat menikmati siaran Stasiun TV tersebut. Namun, kebanyakan layanan TV berlangganan juga didanai oleh iklan.
Genre televisi mencangkup bermacam jenis acara yang bertujuan untuk menghibur, memberi pengetahuan, serta mendidik para penonton. Genre hiburan dengan biaya produksi paling mahal biasanya adalah
dramadan mini seri.
Di antaragenre-genre hiburan yang paling diminati adalah acara denan genre
action seperti yang melibatkan polisi, kriminal, detektif, horor, maupun
thriller. Terdapat pula ragam genre drama non-aksi seperti
opera sabun. Tontonan fiksi ilmiah dapat tergolong dalam kategori aksi maupun drama, tergantung apakan lebih menonjolkan sisi filosofikal atau sisi petualangan. Komedi juga merupakan jenis tontonan populer, termasuk
Sitkom (sitkom) dan animasi acara dewasa seperti
Family Guy.
Acara hiburan yang lebih murah antara lain termasuk acara kuis, wawancara, atraksi, dan realitas. Acara kuis menampilkan para peserta memperebutkan hadiah dengan menjawab beberapa soal maupun menyelesaikan teka-teki. Acara wawancara menampilkan wawancara maupun bincang-bincang bersama tokoh-tokoh terkenal seperti artis hiburan, politikus, pengusaha, dll. Acara atraksi menampilkan berbagai hiburan seperti pemain musik, pelawak, tukang sulap, dll. Ada juga acara campuran genre wawancara dan atraksi, terutama acara wawancara tersohor di mana adanya tambahan hiburan di antara segmen-segmen wawancara.
Acara realitas memperlihatkan orang-orang biasa (bukan
aktor) yang menghadapi tantangan atau pengalaman yang luar biasa, bersaing mendapatkan gelar juara (
Akademi Fantasia), dikerjain (
Just For Laughs Gags), atau merasakan kehidupan orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan (
Jika Aku Menjadi...). Ada juga jenis acara realitas yang mempertontonkan kehidupan sehari-hari seorang artis (
Gugu Gaga Erra) atau artis yang melakukan pekerjaan seperti pada umumnya orang biasa (
The Simple Life).
Sejak akhir 1990-an, semakin banyak orang tua yang mengizinkan
bayinya menonton televisi seiring dengan semakin banyaknya produk
DVD yang diiklankan dapat membantu perkembangan bahasa dan kognitif bayi. Namun, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa menonton televisi sejak usia dini dapat meningkatkan perkembangan berbahasa
anak. Sebaliknya, bukti ilmiah menunjukkan bahwa bayi yang menonton DVD semacam itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih rendah. Selain itu, bila kemampuan anak mengenal huruf dan angka diukur pada usia sekolah, anak yang menonton televisi sebelum berusia 3 tahun memiliki skor yang lebih rendah daripada anak yang tidak menonton televisi sebelum berusia 3 tahun. Demikian pula, semakin banyak anak menonton televisi sebelum usia 3 tahun, semakin tinggi kemungkinannya mengalami masalah perhatian pada usia 7 tahun.
[37]
Sebaliknya, menonton acara televisi yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia prasekolah. Acara televisi yang paling banyak diteliti ialah
Sesame Street yang menunjukkan efek positif untuk pembelajaran bahasa bila ditonton anak usia 3–5 tahun. Sebagai perbandingan, penelitian menunjukkan bahwa acara televisi tanpa maksud pendidikan—seperti
film kartun pada umumnya—tidaklah berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa. Setelah remaja, anak-anak yang pada usia prasekolah biasa menonton
Sesame Street ternyata meraih nilai pelajaran yang lebih tinggi, lebih banyak membaca buku, dan lebih bermotivasi untuk meraih prestasi dibandingkan dengan remaja yang pada saat berusia prasekolah tidak menonton acara tersebut.
[38]
Melalui televisi, anak-anak dan
remaja juga dapat belajar mengenai perilaku antikekerasan, empati, toleransi kepada orang dari ras atau etnis lain, dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua.
[39] Informasi mendidik juga dapat diselipkan dalam program yang populer bagi remaja, misalnya pendidikan mengenai
kontrasepsi yang berhasil dilakukan melalui salah satu episode serial televisi Amerika Serikat,
Friends.
[40]
Namun, menonton televisi juga berpotensi memberikan dampak negatif bagi anak-anak dan remaja, seperti perilaku agresif, penyalahgunaan zat, aktivitas seksual yang berisiko,
obesitas, gangguan pola makan, dan menurunnya prestasi di sekolah. Bila di dalam kamar anak terdapat televisi, risiko anak mengalami kelebihan berat badan dan kemungkinan anak
merokok meningkat, anak menjadi kurang membaca dan melakukan hobi lainnya, serta waktu tidur anak berkurang.
[39]
Pada tahun 2001, Akademi Dokter Anak Amerika merekomendasikan sejumlah hal untuk mengatasi potensi dampak negatif televisi bagi anak-anak dan remaja, termasuk mengeluarkan televisi dari kamar anak, menghindarkan tontonan televisi dari anak berusia di bawah 2 tahun, serta mendorong orang tua untuk menemani anak menonton televisi dan memantau program televisi yang ditonton anak-anak agar informatif, mendidik, dan tidak berisi kekerasan.
[41]
Karena berkaitan dengan perilaku menetap (
sedentary behavior) seperti duduk dan berbaring dalam waktu lama tanpa mengeluarkan energi, terlalu banyak menonton televisi ditengarai berdampak negatif bagi kesehatan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa menonton televisi dalam waktu lama berasosiasi dengan
indeks massa tubuh yang lebih tinggi, tingkat kebugaran yang lebih rendah, dan tingkat
kolesterol darah yang lebih tinggi.
[42] Semakin banyak seseorang menonton televisi pada saat masih anak-anak, semakin tinggi kemungkinannya untuk mengalami
obesitas pada saat dewasa.
[43] Menonton televisi dan perilaku menetap lainnya juga berasosiasi dengan semakin tingginya risiko
kanker kolorektal,
endometrial,
ovarium, dan
prostat[44] serta risiko
penyakit kardiovaskular.
[45]