Pengawet makanan dibuat untuk menjaga kesegaran dan menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin.
Pengawetan makanan merupakan upaya yang dilakukan untuk menghambat atau mencegah penguraian, pengasaman, fermentasi, dan kerusakan lainnya pada makanan yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan mikroba lainnya.
Secara tradisional, mengawetkan makanan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti difermentasi, dikubur, dimasukkan ke dalam kendi atau botol, dibuat menjadi selai, dikalengkan, diberi larutan alkali, diasamkan, diasinkan, diasap, dimaniskan, dipanasi, dididihkan, dibekukan, didinginkan, atau dikeringkan.
Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi, berbagai teknik pengawetan makanan pun dikembangkan di laboratorium penelitian untuk diaplikasikan secara komersial. Mulai dari pasteurisasi, dimasukkan dalam wadah hampa udara, disinari, menggunakan medan listrik yang kuat, ditaruh di wadah tertutup untuk mengurangi tingkat oksigen namun meningkatkan karbon dioksida, dipanaskan dengan molekul gas terionisasi, menggunakan mikrobiota atau antimikroba alami atau yang sudah dikontrol, hingga diberi bahan tambahan pengawet makanan.
Pengawet makanan ada yang aman digunakan, namun ada juga yang tidak. Berikut tiga macam pengawet makanan yang disarankan untuk dihindari.
Sodium benzoate atau natrium benzoat
Sodium benzoate merupakan zat aditif yang digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk makanan dan minuman olahan. Sayangnya menurut penelitian, pengawet makanan ini diduga dapat menimbulkan hiperaktif pada anak kecil juga pada mahasiswa, meningkatkan gejala penyakit asma, hingga menyebabkan kanker. Leukimia dan jenis kanker lain bisa terjadi terutama jika natrium benzoat ditambahkan ke dalam minuman yang rasanya asam (vitamin C buatan). Campuran ini menghasilkan benzene, suatu zat kimia bersifat kanker (carcinogen).
Sodium nitrate atau natrium nirat
Natrium nitrat adalah bahan pengawet makanan yang digunakan dalam daging olahan seperti bacon, sosis, dendeng, ikan atau daging asap, dan ham. Menurut dugaan, natrium nitrat mampu meningkatkan risiko penyakit jantung karena dapat merusak pembuluh darah, hingga membuat arteri cenderung mengeras dan menyempit. Nitrat juga dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan gula sehingga tubuh rentan terserang diabetes.
Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa mengonsumsi natrium nitrat dalam level tinggi dapat menyebabkan masalah seperti kanker kolorektal, kanker tiroid, kanker pankreas, kanker kerongkongan, kanker lambung, kanker ovarium, kanker darah (leukemia), dan limfoma non-Hodgkin.
TBHQ
TBHQ atau tertiary butylhydroquinone atau tert-butylhydroquinone merupakan pengawet bahan tambahan untuk mengawetkan makanan olahan. TBHQ biasanya digunakan untuk minyak nabati, biskuit, mie, makanan beku, atau makanan cepat saji untuk memperpanjang umur simpan produk dan mencegah bau tengik.
Pengawet makanan ini sering kali digunakan bersama dengan zat aditif lain seperti propyl gallate, butylated hydroxyanisole (BHA), dan butylated hydroxytoluene (BHT). Hasilnya, peneliti justru menemukan adanya beberapa masalah kesehatan.
Menurut penelitian, pengawet makanan tersebut dapat meningkatkan risiko tumor pada tikus serta menyebabkan pembesaran hati, efek neurotoksik, kejang, dan kelumpuhan pada hewan laboratorium. Selain itu, BHA dan TBHQ diduga bisa memengaruhi perilaku manusia menjadi hiperaktif dan tidak bisa fokus perhatian pada suatu hal (attention deficit and hyperactivity disorder, ADHD).
Sebelum Anda membeli makanan atau minuman, disarankan untuk membaca komposisi bahan dan jenis pengawet makanan yang tertera pada kemasan terlebih dahulu. Cermat dalam memilih penganan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh Anda dan keluarga.
sumber:https://www.alodokter.com/kenali-pengawet-makanan-dalam-belanjaan-anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar